Festival Hudoq Mahulu Pecahkan Rekor MURI
- Get link
- X
- Other Apps
Festival Hudoq Mahulu Pecahkan Rekor MURI. Hawa panas terasa menyengat kulit di Mahakam Ulu, Kamis siang
(25/10). Terdengar alunan Tuvung (gendang Dayak Bahau) bertempo
sedang-cepat hingga ke ujung kampung. Semua mata terpukau ketika ribuan
penari bertopeng kayu mulai membentuk barisan.
Bergerak menyentak dengan menoleh ke kiri dan ke kanan. Gerakannya
lincah. Tangan mereka mengepak ke atas dan ke bawah, bagai menjelma
menjadi seekor burung. Perlahan tapi pasti, satu persatu penari Hudoq
mulai masuk ke lapangan.
Penari terlihat mencolok dengan kostumnya. Kontras hijau dedaunan
dari daun pinang, pisang dan daun kelapa, dibalut jirah warna loreng
menyerupai kulit harimau. Kemudian di depan jirah tersebut terdapat
kulit kerang yang mengilat.
Sudah umum rasanya mengenal Hudoq, yakni tarian dengan mengenakan topeng. Salah satu orang tua mengatakan, topengnya tersebut terbuat dari pohon gabus.
Di atas kepalanya tak mungkin bisa teralihkan, topi dengan bersarang bulu burung enggang. Juga tak lupa mandau diikat di pinggang. Rasanya menambah aura sakral dari para penari. Kostum yang asli beratnya bisa mencapai 10 kilogram.
Mereka melangkah dengan perlahan maju. Masing-masing kelompok datang berdasarkan kampungnya, juga perannya dalam menari. Misalnya dalam kelompok Long Pahangai, mengenakan topeng burung. Sementara Mamahak Besar mengenakan topeng naga. Peran dari penjelmaan mereka pun berbeda. Mesti menirukan gerak-gerik burung.
Dosen Antropolog Pascasarjana dari Unmul, Dr Simon Devung mengatakan, adanya tarian Hudoq tersebut sebagai ucapan syukur juga mendekatkan diri pada yang kuasa. Pada zaman dahulu, kepada roh-roh untuk meminta kesuburan tanaman padi.
Dia menyebut, padi mempunyai peran penting dalam setiap aspek
kehidupan orang Dayak Bahau. Karena padi merupakan perwujudan dewi
Buring Hunai, sehingga manusia bisa makan. Hudoq diperkirakan sudah ada
sejak orang Dayak Bahau mengenal berladang padi.
Dari berbagai topeng yang dikenakan dipercaya sangat berperan pada pertumbuhan padi. Ada topeng manusia, melambangkan roh manusia sebagai pembawa bibit padi dan juga pembawa kesejahteraan. Topeng naga melambangkan roh naga yang mengendalikan cuaca seperti hujan, yang sangat berguna bagi pagi karena membutuhkan air.
Kemudian ada topeng burung, melambangkan roh hama burung, agar roh mengendalikan hama burung terhadap tanaman padi. Begitu juga topeng babi, punya peran dalam mengendalikan hama babi. Sehingga selain subur padi dijaga dari berbagai gangguan hama.
Tak lama berselang, topeng yang berbeda muncul. “Itu yang beda dan tingkahnya lucu, namanya Hudoq Jaak, topengnya dari barang pisang yang kering dengan uraian yang jelek di mukanya. Bertingkah aneh tapi lucu untuk dilihat,” sebut Simon.
Dia menjelaskan, munculnya Hudoq Jaak tersebut agar dewi Buring Hunai yang tertidur atau dikatakan padi yang telah ditanam, dapat terhibur, sehingga padi mulai bangun dan tumbuh. Ternyata tumbuhan punya selera humor juga.
Selain Hudoq Topeng, ada juga Hudoq Ngarang, atau Hudoq keliling. Terlihat kebanyakan kaum hawa mengikuti di belakang barisan. Penari tersebut mewakili tanah yang ditanami padi, hanya jejak keliling tersebut yang ditumbuhi padi.
Selain itu tidak ditumbuhinya. Tidak lama berselang, masyarakat ikut ambil bagian. Masuk dalam barisan kemudian ikut menari. Hingga akhirnya topeng manusia mengejar topeng hama. Kemudian tarian terhenti untuk tahap selanjutnya.
Dialog pun dimulai, antara manusia dan roh. Manusia memohon kepada roh agar diberikan kesuburan pada ladang padi mereka, jauh dari hama, panen berlimpah, hasil buruan yang banyak, dan kesejahteraan manusia. Semua diungkapkan dalam Bahasa Dayak Bahau.
Usai agenda tersebut, para penari masih melanjutkan tariannya. Ada juga yang mengabadikan momen. Festival Hudoq tersebut memecahkan rekor Museum Rekor Indonesia (MURI) 2.000 Penari Hudoq.
Untuk pertama kalinya penari hudoq terbanyak sepanjang sejarah, berada di Mahulu. Sebanyak 2.230 Penari Hudoq menari bersama.
Sudah umum rasanya mengenal Hudoq, yakni tarian dengan mengenakan topeng. Salah satu orang tua mengatakan, topengnya tersebut terbuat dari pohon gabus.
Di atas kepalanya tak mungkin bisa teralihkan, topi dengan bersarang bulu burung enggang. Juga tak lupa mandau diikat di pinggang. Rasanya menambah aura sakral dari para penari. Kostum yang asli beratnya bisa mencapai 10 kilogram.
Mereka melangkah dengan perlahan maju. Masing-masing kelompok datang berdasarkan kampungnya, juga perannya dalam menari. Misalnya dalam kelompok Long Pahangai, mengenakan topeng burung. Sementara Mamahak Besar mengenakan topeng naga. Peran dari penjelmaan mereka pun berbeda. Mesti menirukan gerak-gerik burung.
Dosen Antropolog Pascasarjana dari Unmul, Dr Simon Devung mengatakan, adanya tarian Hudoq tersebut sebagai ucapan syukur juga mendekatkan diri pada yang kuasa. Pada zaman dahulu, kepada roh-roh untuk meminta kesuburan tanaman padi.
“Jadi Hudoq untuk Dayak Bahau di Mahulu biasa diadakan
pada saat usai menugal (menanam padi gunung), dengan harapan memanggil
dan meminta kepada roh agar padi tumbuh dengan subur dan terhindar dari
segala hama. Sehingga hasil panen berlimpah,” .
Dari berbagai topeng yang dikenakan dipercaya sangat berperan pada pertumbuhan padi. Ada topeng manusia, melambangkan roh manusia sebagai pembawa bibit padi dan juga pembawa kesejahteraan. Topeng naga melambangkan roh naga yang mengendalikan cuaca seperti hujan, yang sangat berguna bagi pagi karena membutuhkan air.
Kemudian ada topeng burung, melambangkan roh hama burung, agar roh mengendalikan hama burung terhadap tanaman padi. Begitu juga topeng babi, punya peran dalam mengendalikan hama babi. Sehingga selain subur padi dijaga dari berbagai gangguan hama.
Tak lama berselang, topeng yang berbeda muncul. “Itu yang beda dan tingkahnya lucu, namanya Hudoq Jaak, topengnya dari barang pisang yang kering dengan uraian yang jelek di mukanya. Bertingkah aneh tapi lucu untuk dilihat,” sebut Simon.
Dia menjelaskan, munculnya Hudoq Jaak tersebut agar dewi Buring Hunai yang tertidur atau dikatakan padi yang telah ditanam, dapat terhibur, sehingga padi mulai bangun dan tumbuh. Ternyata tumbuhan punya selera humor juga.
Selain Hudoq Topeng, ada juga Hudoq Ngarang, atau Hudoq keliling. Terlihat kebanyakan kaum hawa mengikuti di belakang barisan. Penari tersebut mewakili tanah yang ditanami padi, hanya jejak keliling tersebut yang ditumbuhi padi.
Selain itu tidak ditumbuhinya. Tidak lama berselang, masyarakat ikut ambil bagian. Masuk dalam barisan kemudian ikut menari. Hingga akhirnya topeng manusia mengejar topeng hama. Kemudian tarian terhenti untuk tahap selanjutnya.
Dialog pun dimulai, antara manusia dan roh. Manusia memohon kepada roh agar diberikan kesuburan pada ladang padi mereka, jauh dari hama, panen berlimpah, hasil buruan yang banyak, dan kesejahteraan manusia. Semua diungkapkan dalam Bahasa Dayak Bahau.
Usai agenda tersebut, para penari masih melanjutkan tariannya. Ada juga yang mengabadikan momen. Festival Hudoq tersebut memecahkan rekor Museum Rekor Indonesia (MURI) 2.000 Penari Hudoq.
Untuk pertama kalinya penari hudoq terbanyak sepanjang sejarah, berada di Mahulu. Sebanyak 2.230 Penari Hudoq menari bersama.
- Get link
- X
- Other Apps
Comments
Post a Comment